Pilih Prabowo Jadi Capres 2024 ? Ogahhh Banget, Ini Alasannya !

   


Rekam jejak menjadi langkah kita dalam menentukan siapa yang pantas dan akan kita pilih untuk menjadi preisden pada 2024. Memilih Prabowo sama saja kita membiarkan bangsa ini dalam bahaya.

10 alasan ini akan menjelaskan mengapa sangat keliru jika memutuskan untuk memilih Prabowo yang sudah berulang kali gagal dama percaturan politik. Apa saja ya ? Yuk Simak !

1. Prabowo Tidak Berpengalaman.

Diluar lingkup keamanan yang itu pun penuh kontroversi, Prabowo tidak pernah menunjukkan prestasi yang dapat dirasakan rakyat banyak. Dia adalah mantan jenderal lapangan yang pengalamannya sangat sempit. Hanya sebatas merancang dan memberi komando kepada anak buahnya untuk melaksanakan perintah kemiliteran. Tidak memiliki pengalaman administrasi pemerintahan. Tidak pernah menjadi bupati, walikota, atau gubernur. Tidak menguasai liku-liku birokrat dan tidak pernah jadi anggota eksekutif, legislatif, atau yudikatif. Gaya kepemimpinan komandonya terkesan bertentangan dengan norma manajemen sipil yang lebih menekankan musyawarah.

2. Karir yang Buruk.

Dalam kariernya sebagai perwira TNI, banyak catatan hitamnya. Tidak disiplin, terlibat dalam penghilangan dan penculikan mahasiswa, temperamental dan kejiwaan yang kurang seimbang. Karir militernya berakhir sebagai perwira tinggi yang dipecat dari TNI. Dalam kiprahnya sebagai pengusaha, Prabowo meninggalkan triliunan rupiah utang kepada karyawan dan pihak lain sampai sekarang.

3. Berpotensi Membungkam HAM

Rezim Prabowo, bila menang, akan sangat tertutup dan dikuatirkan akan terus menerus membohongi rakyat seperti telah ditandakan dengan berbagai penyebaran kebohongan, hoax, fitnah dan lainnya oleh para pendukungnya dalam upaya meraih kekuasaan saat ini. Rezim ini tidak akan ragu melanggar HAM, mengabaikan hukum,menggunakan kekerasan dan memotong hak berbicara dan kebebasan pers.demi melindungi kebohongannya.

4. Eksploitasi Agama dalam Politik.

Meski praktik dan keyakinan agama Prabowo tidak terlalu jelas dan sering menimbulkan pertanyaan, cara-cara kampanyenya telah memanfaatkan sentimen keagamaan yang sangat berbahaya dan beresiko memecah belah umat dan bangsa. Cara ini telah secara konsisten digunakan oleh para pendukungnya pada 2014, pada pilgub DKI, dan sekarang pilpres 2019. Banyak diantara para pendukungnya yang bermaksud menumpang kekuasaannya bila menang, datang dari kelompok Islam fundamentalis, kelompok anti demokrasi dan yang berambisi mendirikan negara khilafah, serta kelompok takfiri yakni kelompok yang mudah mengkafirkan kelompok lain yang dianggap tidak sejalan dengan alirannya.

Posting Komentar

0 Komentar