GIBRAN BANGGA SEBUT GREENFLATION DI DEBAT, PENGAMAT: DIA SENDIRI GAK PAHAM!

  


Gimik celingak-celinguk calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dianggap blunder. Aksi tersebut bermula dari jawaban Mahfud MD soal Greenflation yang dinilai Gibran tidak sesuai pertanyaannya.

Gibran kemudian menjelaskan soal Greenflation atau Green Inflation yang dimaksudnya. Hanya saja, penjelasan Gibran soal Greenflation juga masih dianggap keliru oleh Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies Ali Ahmudi.

Putra Presiden Joko Widodo itu mengaku meminta tanggapan Mahfud MD soal Greenflation. Namun, Mahfud MD justru memaparkan soal energi hijau.

Gibran yang menganggap jawaban Mahfud MD tidak sesuai, kemudian melakukan gimik celingak celinguk seolah-olah sedang mencari. Wali Kota Solo itu mengaku mencari jawaban Mahfud MD.

Dia kemudian mencoba menjelaskan definisi Greenflation dengan mencontohkan aksi demo rompi kuning di Prancis. "Itu bahaya sekali. Sudah memakan korban. Harus diantisipasi jangan sampai terjadi di Indonesia," katanya.

Menurut Gibran, intinya transisi menuju energi hijau harus super hati-hati. "Jangan sampai membebankan research and development (riset dan pengembangan, Red) yang mahal kepada masyarakat kepada rakyat kecil," katanya.

Nah, penjelasan Gibran ini dianggap keliru oleh Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies Ali Ahmudi. Mengutip wawancara Ali Ahmudi di kanal Youtube Kumparan, dia menilai penjelasan Gibran terkait Greenflation atau Green Inflation tidak tepat.

Ali Ahmudi juga menganggap pasangan calon wakil presiden lainnya juga tidak memahami terkait Greenflation tersebut. Dia kemudian menjelaskan soal Greenflation yang dimulai dari transisi energi karena memiliki hubungan yang erat.

"Greenflation yang dimaksudkan dalam definisi yang benar, bukan Green Inflation versi Gibran, adalah terjadinya kenaikan biaya di dalam proses pengolahan energi hijau, karena adanya konversi energi," urainya.

Ali Ahmudi kemudian mencontohkan konversi energi dari pangan seperti minyak sawit yang sebelumnya dijadikan minyak goreng, akhirnya diubah menjadi biodiesel.

Contoh lain, pengolahan jagung yang sebelumnya menjadi bahan pangan, kemudian diolah menjadi bioetanol. Akibat konversi tersebut, biayanya menjadi meningkat. Tidak lagi murah, karena korporasi besar yang bermain.

"Petani tidak lagi bisa bersaing menanam jagung untuk disuplai ke perusahaan energi. Akhirnya pertanian menjadi rusak dan petani pun akhirnya berdemo.

Akibatnya, terjadi konflik antara pangan dan energi yang menyebabkan terjadinya peningkatan biaya energi yang disebut sebagai greenflation. "Cuma penjelasan dia (Gibran) yang keliru. Jangan-jangan dia juga tidak paham." kata Ali.

Posting Komentar

0 Komentar