PRABOWO-GIBRAN MASIH GAK YAKIN HINGGA HARUS BERNARASI MENANG SATU PUTARAN?

  


Sebenarnya bukan hanya itu, usaha yang dilakukan pihak mereka sudah sebegitu kerasnya. Melibatkan banyak pihak, bahkan pihak-pihak yang diduga seharusnya tidak memihak.

Semua kekuatan dan kekuasaan seakan di-tumplek-blek-kan demi memenangkan pasangan ini. Hal yang dapat dipahami mengingat gerbong mereka dipenuhi orang-orang yang berusaha mempertahankan kedudukannya. Partai politik pengusungnya adalah mereka yang berada di pemerintahan. Capresnya adalah menteri di pemerintahan saat ini. Sementara cawapresnya, mau tak mau harus dipahami sebagai cerminan pemegang kekuasaan sekarang.

Di tataran elit, di pucuk kekuasaan dan petinggi partai pengusung, tentu tidak perlu diragukan lagi betapa besarnya kekuatan mereka. Dengan apa yang dimiliki akan sangat mudah untuk beranggapan bahwa mereka akan memenangkan pasangan yang diusung.

Namun ketika ternyata rakyatlah yang akan menjadi penentu, mereka agaknya kecele. Cara kuno mereka sepertinya akan menemui tembok besar. Terlebih melihat latar-belakang serta proses menuju terbentuknya pasangan tersebut.

Siapapun juga paham siapa itu Prabowo Subianto. Apa yang telah dilakukannya, bagaimana rekam jejaknya sebagai calon presiden dua kali, serta gambaran kapabilitasnya. Semua hal tersebut tentu masih akan menjadi penghalang yang sama seperti dua kali pilpres sebelumnya. Orang tidak akan lupa begitu saja walaupun Prabowo telah berusaha sekuat tenaga untuk mengubah bungkusnya. Stigma yang melekat padanya masih terlalu kuat dibanding dengan pencitraan yang sedang dilakoninya.

Gibran memang diusahakan untuk menjadi penguat Prabowo. Sebagai yang diharapkan untuk menguatkan citra sebagai penerus Pak Jokowi, agaknya Gibran masih kebesaran pengharapan. Indonesia masih terlalu besar bagi walikota Solo yang baru dua tahun menjabat itu.

Naasnya yang dibawa Gibran ternyata bukan hanya faktor penguat, namun juga hal yang melemahkan. Jalan instan yang dipersiapkan untuknya melalui apa yang dilakukan di MK sepertinya menjadi sentimen negatif bagi pasangan Prabowo-Gibran ini. Tidak dapat dipungkiri.

Awalan yang mempertunjukkan penggunaan kekuasaan yang tidak sebagaimana mestinya, membuat pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terancam kemenangannya. Apalagi dalam kelanjutannya, penggunaan kekuasaan sepertinya tidak berhenti.

Aneka blunder juga ternyata tidak berkurang. Seakan sudah di atas angin, pihak mereka seakan lupa diri dan semau-maunya. Gibran hingga seorang ketua umum partai pendukungnya yang melakukannya.

Usaha yang tak kalah sistematisnya adalah penyebaran narasi bahwa Prabowo akan memenangkan Pilpresnya kali ini hanya dalam satu putaran saja. Hasil laporan beberapa lembaga survei, kemudian dipertanyakan karena terasa tidak sesuai dengan apa yang nyata dirasakan di lapangan.

Ketakutan kalah justru yang paling besar berada di kubu Prabowo-Gibran. Mengingat terlalu banyak yang mereka pertaruhkan dan sudah mereka kerahkan. Jika tidak satu putaran, bukan tidak mungkin jeda menuju pelaksanaan putaran kedua akan menjadi medan yang semakin memberatkan bagi mereka.

 


Posting Komentar

0 Komentar