AKTIVIS INI INGATKAN SOAL PELANGGARAN HAM BERAT MASA LALU

  


Mugiyanto Sipin, mungkin nama ini jarang dikenal. Tapi dia adalah salah satu aktivis 98 yang merasakan kengerian pemerintahan Orde Baru.

Saat ini dia adalah mantan Ketua Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (Ikohi) yang kini bertugas sebagai Tenaga Ahli Deputi V di Kantor Staf Presiden. Secara pribadi, dia mengajak anak muda untuk mengetahui peristiwa 98 agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.

Dia bahkan menyebut, anggapan bahwa kasus pelanggaran HAM berat adalah isu musiman yang muncul tiap kali Prabowo nyapres adalah omong kosong, karena keluarga korban berjuang setiap saat untuk mencari kebenaran.

Mugi dan rekan-rekannya sesama aktivis pernah mengalami penculikan dan penghilangan paksa. Dari 23 aktivis yang diculik, 9 kembali dengan selama termasuk dia sendiri, sedangkan 14 lainnya masih hilang tak jelas keberadaannya.

Saking traumanya dia dengan peristiwa itu, hingga kini dia masih takut jika mendengar bunyi “krek-krek” handie talkie, suara yang dia dengar ketika diculik orang tak dikenal. Dia diculik, dipukul, disetrum, hingga diancam akan dibunuh dan dibuang ke jalan tol.

Mereka inilah korban yang mengalami kengerian, di mana generasi sekarang, terutama yang muda-muda buta sejarah, tidak tahu, tidak peduli dan menjadi target sasaran supaya otaknya dicuci dengan narasi-narasi yang berlawanan.

Ketika peristiwa penculikan disinggung dalam debat capres perdana, Prabowo mengatakan isu ini adalah bentuk politisasi. Dia mengaku, korban penculikan yang disebut-sebut bahkan banyak yang mendukungnya.

Meskipun ada sebagian aktivis yang kini mendukung Prabowo, dan meskipun banyak anggapan bahwa isu HAM dipolitisasi tiap pilpres, Mugi merasa penting untuk merawat ingatan atas pelanggaran hak asasi manusia berat di masa lalu.

13 aktivis yang hilang, sampai saat ini tidak ditemukan keberadaannya, bahkan bisa jadi akan hilang selamanya sampai dunia ini punah. Keluarga korban masih berjuang untuk mencari kebenaran, menuntut keadilan dan bertekad untuk menghadang Prabowo menjadi presiden. Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaan keluarga korban yang hilang itu. Setiap hari dipenuhi rasa marah dan sedih karena tidak ada kejelasan, kebenaran dan keadilan.

Gen Z harus paham soal ini. Mereka paling rentan dihipnotis dengan narasi gemoy yang bisa berjoget dengan lucu. Di balik itu semua, tersimpan sejarah hitam yang membuat banyak orang ngeri, apalagi yang pernah menjadi korban. Sejarah ini mau ditutup dan ditenggelamkan ke dasar lautan supaya tidak diingat lagi.

Posting Komentar

0 Komentar