Ketika Gibran pidato di hadapan relawan sebelum daftar ke KPU bersama Prabowo, pidatonya lumayan keren sih. Tenang saja Pak Prabowo, saya sudah ada di sini.
Tapi sekarang makin antiklimaks karena seiring berjalannya waktu, kelihatan kalau Gibran selama ini cuma polesan yang terlihat bagus dari luar. Gibran ternyata tidak sehebat yang kita kira selama ini. Sekaligus membuktikan pada kita semua bahwa pemimpin muda tidak menjamin cerdas dan banyak wawasan.
Kali ini saya akan berikan tiga bukti kalau Gibran ini malu-maluin dan kurang layak menjadi cawapres. Ini bukan tentang bagaimana dia mendapat jalur khusus yang seolah sudah dibuat untuk memuluskan jalannya menuju kursi wakil presiden. Ini tentang bagaimana dia mempermalukan diri sendiri di depan publik.
Yang pertama adalah ketika dia diskusi dengan mahasiswa di Institut Teknologi Del di Toba Samosir Sumatera Utara. Dia ditanya bagaimana cara agar anak-anak muda bisa berinovasi di teknologi seperti yang dilakukan Gibran, misalnya pembangkit listrik tenaga sampah di Solo. Gibran bilang itu ada buku, tidak usah dijelaskan.
Yang kedua adalah ketika Gibran mengunjungi sebuah pasar di Jakarta Pusat untuk mengecek harga barang-barang yang dijual. Kemudian ada satu emak-emak yang kebetulan ada di sana, dia tanya ke Gibran bagaimana cara menstabilkan harga yang naik. Gibran bilang akhir tahun memang harga-harga pada naik semua dan semoga awal tahun depan harga bisa stabil lagi.
Yang ketiga, ini nih yang sedang viral dan bahkan sampai trending di Twitter. Asam sulfat.
Gibran berkampanye dengan menjumpai pelaku usaha ekonomi kreatif dan influencer. Acaranya bertajuk 'Diskusi Ekonomi Kreatif Bersama Mas Gibran' di kawasan Senopati, Jakarta Selatan.
Gibran salah ngomong, menyebut ibu hamil harus mengecek kadar asam sulfat, padahal yang benar adalah asam folat. Asam sulfat itu zat korosif dan sangat berbahaya, salah satunya adalah cairan untuk aki motor mobil.
Tapi entah kenapa kesalahan ini terulang lagi saat dia berada di salah satu pondok pesantren di Tangerang. Dia meminta para santriwati setelah menikah dan hamil untuk mengecek kadar yodium dan asam sulfat. Lagi-lagi asam sulfat. Mungkin cuma asam sulfat yang dia tahu, asam-asam lainnya tidak begitu menempel di otaknya.
Bahkan asam sulfat ini dibicarakan oleh orang-orang di warung kopi. Warga ikut ketawa sekaligus heran kok bisa Gibran ngomongnya salah-salah kayak gitu. Bahkan ada tanya Gibran sekolah di mana.
Ada banyak lagi kekonyolan Gibran yang tidak bisa disebutkan satu per satu karena saking banyaknya. Bayangkan aja, baru berapa hari masa kampanye, Gibran sudah bikin sensasi yang memalukan. Bahkan komentar soal solusi stabilkan harga barang dan dua kali silap ngomong asam sulfat, itu terjadi dalam rentang waktu dua hari. Satu kali kampanye, Gibran membuat tiga kali blunder.
Jadi hati-hati saat memutuskan memilih pemimpin. Kata orang, kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Tapi kekonyolan juga akan mencari jalan untuk menampakkan diri di depan banyak orang. Kemampuan dan track record memang tidak bisa bohong.
Inilah yang disebut dengan memilih pemimpin jangan dibuat coba-coba. Negara ini bukan buat coba-coba. Kasihan negara ini kalau dipercayakan kepada yang tidak kompeten. Lebih kasihan lagi rakyatnya kalau pemimpinnya seperti itu.
0 Komentar