GANJAR PRANOWO UNGKAPKAN ARAH DAN STRATEGI POLITIK LUAR NEGERI DENGAN MEMBAHAS DIPLOMAT YANG MEMILIKI KEKUATAN SANGAT PENTING

  


Bakal calon presiden RI Ganjar Pranowo berbicara pentingnya peran diplomat dalam menghadapi tantangan global dan regional saat ini. Ia mengatakan, dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Hari ini, kata dia, terjadi perubahan yang sangat dahsyat di dunia yang mendorong ke situasi yang tidak mengenakan. Di beberapa negara, kata dia, kini terjadi kemunduran demokrasi.

Partisipasi masyarakat, lanjut dia, tidak bisa ditampilkan dengan baik karena masing-masing mengambil sikap dan keputusan sendiri. Dalam teori power, kata dia, kadang-kadang Machiavelis menjadi sebuah keputusan yang praktis untuk bisa melakukan itu.

Oleh karena itu, demokrasi mengalami kemunduran. Selain itu, menurutnya ada ketidakadilan global sehingga hak-hak warga bangsa, warga negara, membutuhkan perhatian. Mereka, kata dia, butuh udara yang sejuk, hingga pasokan energi dan pangan yang cukup.

Hal tersebut disampaikannya dalam acara Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri yang digelar CSIS Indonesia pada Selasa (7/11/2023).

“Saya kira kondisi ini hari ini penting untuk kita bicarakan, dalam konteks pergaulan dunia kita akan sering banyak berbicara. Pada diplomat kita, kita mintakan untuk sering berbicara bagaimana kepentingan bilateral atau multilateral bisa diselesaikan untuk sekali lagi untuk kepentingan bersama dan sama-sama saling menguntungkan. Ini yang penting,”, kata Ganjar di kanal Youtube CSIS Indonesia pada Selasa (7/11/2023).

Oleh karena itu, ia mengaku tidak heran kalau kemudian hampir semua negara produsen pangan mencoba untuk mengerem ekspornya.

“Maka sekali lagi kalaulah kita ingin agar hidup di bumi ini jauh lebih baik, sekali lagi, diplomat-diplomat ini punya kekuatan yang sangat penting untuk setiap negara ada,” kata dia.

Situasi di Asia menurutnya juga tak jauh berbeda mengingat ada ketegangan di beberapa wilayah. Ia mencontohkan di antaranya Korea Utara-Korea Selatan, di Selat Taiwan, dan di Laut Tiongkok Selatan. Menurutnya, proses-proses politik diplomasi tidak boleh berhenti terkait persoalan-persoalan tersebut.

Hal tersebut menurutnya perlu dilakukan agar terjadi kesepahaman di antara masing-masing negara atau di kawasan sehingga tidak pecah perang atau muncul situasi yang membuat masyarakat menjadi lebih menderita karena situasi itu.

“Maka kebijakan luar negeri dan diplomasi untuk Indonesia kita mesti jauh lebih baik belajar dari pengalaman yang ada,” kata dia.

“Inilah pentingnya acara pada sore hari ini. Sebenarnya kalau saya diskusi pada kesempatan seperti ini, jauh lebih senang ketika kemudian saya sampaikan, saya diam, dan kemudian orang memberikan masukan.

Apa yang kemudian mesti kita lakukan. Karena itulah suara-suara yang merepresentasikan dari sekian kepentingan untuk diformulasikan menjadi sebuah kebijakan, daripada kemudian bersitegang dan eyel-eyelan,” sambung dia.


Posting Komentar

0 Komentar