“NYADRAN” KE MAKAM SUNAN KALIJAGA, GANJAR BELAJAR MAKNA BERBAUR DENGAN SEMUA ORANG

  


Makam Sunan Kalijaga menjadi tempat ke tujuh yang diziarahi Ganjar Pranowo bersama istri, Siti Atikoh dalam rangkaian nyadran Walisongo. Makam Sunan Kali Jaga letaknya tidak jauh dari Masjid Agung Demak.

Usai ziarah makam Sunan Kalijaga ini, Ganjar Pranowo menyampaikan soal keistimewaan yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga. Menurutnya, Sunan Kalijaga punya niat dan tekad untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

"Kita bisa menyimak sejarah bagaimana perjalanan Sunan Kalijaga di masa kecil, di masa muda sampai akhirnya menjadi penasehat raja beberapa masa. Bahwa semua orang bisa berubah menjadi lebih baik," ujarnya.

Ganjar menceritakan proses Sunan Kalijaga berguru kepada Sunan Bonang mulai dari pengembaraan keilmuan hingga kewaliannya. "Itulah yang menggerakkan hati Sunan Kalijaga sekaligus yang meneguhkan beliau bahwa hidup ini adalah sebuah proses," ucap Ganjar.

Karena prinsip itulah, lanjut Ganjar, Sunan Kalijaga bisa masuk ke semua kalangan mulai dari kalangan tertinggi di pemerintahan hingga masyarakat awam. "Inilah cara yang bisa kita tauladani. Tidak menghadirkan sekat pribadi. Karena cara seperti itu terbukti menjadi jalan sukses Sunan Kalijaga bisa berdakwah dan diterima di mana saja," ujarnya.

Berlanjut ke makam Sunan Drajat di Lamongan, Sunan Bonang di Tuban, Raden Fatah dan raja-raja Demak. Setelah di makam Sunan Sunan Kalijaga, Ganjar berlanjut ke Makam Sunan Muria di Kudus kemudian ke Sunan Gunungjati di Cirebon lalu berakhir di makam kedua orangtuanya.

Sebagai informasi, Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga memang memiliki banyak keistimewaan hingga akhirnya diberi tanah perdikan atau bebas pajak oleh Joko Tingkir, penguasa Kerajaan Pajang waktu itu.

Semakin istimewa lagi karena cuma Sunan Kalijaga yang jadi saksi hidup mulai berdiri hingga runtuhnya Kerajaan Demak bahkan hingga Kerajaan Jipang dan Pajang, dua kerajaan penerus dinasti Demak.

Posting Komentar

0 Komentar