KEMENDAG NYATAKAN SIAP “TEMPUR” JIKA RRT TAK TERIMA JOKOWI STOP BAUKSIT

  


Pemerintah Indonesia tak gentar menerapkan kebijakan larangan ekspor bijih bauksit pada tahun ini. Sekalipun ada potensi gugatan dari China di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri BUMN Erick Thohir kompak menyatakan bahwa 90% ekspor bijih bauksit ke China. Sehingga, larangan ekspor bijih bauksit ini tentunya akan merugikan pihak China.

Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional, Bara Krishna Hasibuan mengatakan pihaknya siap menerima konsekuensi yang akan dihadapi atas kebijakan larangan ekspor bijih bauksit yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Mengingat, kebijakan ini dilakukan untuk mendorong hilirisasi di dalam negeri.

"Secara total kita siap sesuai dengan fungsi dan tugas Kementerian Perdagangan, siap mendukung program industrialisasi yang merupakan tujuan dari keputusan Presiden untuk melarang ekspor bauksit ini," kata.

Bara menyebut China sendiri saat ini merupakan pasar terbesar tujuan ekspor bijih bauksit asal RI. Dimana 90% produksi bijih bauksit dari Indonesia dikirimkan ke negeri tirai bambu tersebut.

Namun demikian, sejauh ini Kementerian Perdagangan belum mendapatkan info pasti apakah China berniat menggugat RI terkait kebijakan larangan ekspor bijih bauksit. Yang pasti, pihaknya siap apabila negara tersebut keberatan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia.

"Kalau memang mereka tidak terima dengan keputusan tersebut dan memutuskan untuk mengajukan gugatan ya tentu kita siap menghadapi dan kita juga sudah siap dan sudah punya pengalaman menghadapi gugatan di WTO di kasus nikel dimana kita digugat oleh Uni Eropa," katanya.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia akan menghentikan ekspor komoditas mineral mentah pada tahun ini, termasuk bauksit.

Jokowi mengungkapkan alasan di balik rencana tersebut lantaran Indonesia merupakan eksportir terbesar ketiga dunia untuk bauksit. Namun sayangnya untuk bahan jadi seperti alumunium, RI hanya menempati posisi ke-33 sebagai eksportir aluminium dunia.

"Bauksit, kenapa kita harus setop? saya berikan contoh saja. Indonesia ini ekspor bahan mentah bauksit itu kita nomor 3 di dunia. Mentahan yang kita ekspor. Tapi ekspor alumunium kita nomor 33. Mentahnya nomor 3, barang setengah jadi, kok barang jadinya di 33," ungkapnya saat di Mandiri Investment Forum, Rabu (01/02/2023).

Bahkan, apabila diolah lagi menjadi panel surya, menurutnya RI hanya menempati eksportir panel surya nomor 31 di dunia. Padahal, nilai tambah dari penjualan panel surya bisa mencapai 194 kali lipat dibandingkan bauksit yang masih mentah.

"Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan? Apa yang salah dari kita? Kita terlalu nyaman dengan ekspor mentahan karena paling cepat dapet duitnya dan tidak pusing pikirannya. Udah gali, kirim, gali. Nikel juga sama. Gali, kirim, gak mau mikir kita," tuturnya.

Kondisi ini menurutnya berbanding terbalik dibandingkan China. Dia menyebut, ekspor bauksit China terbesar no.18 dunia, namun ekspor panel surya China merupakan terbesar no.1 di dunia. Padahal, lanjutnya, sumber bahan baku bauksitnya juga berasal dari Indonesia.

"RRT China ekspornya (bauksit) nomor 18, tapi ekspor panel suryanya nomor 1 di dunia. Terus barangnya ini dari mana? barang mentahnya dari mana? 80% lebih dari kita. Hati-hati. Bauksit, setelah kita stop saya tengak-tengok belum ada yang gugat," tuturnya.

Posting Komentar

0 Komentar