Anies Baswedan selalu menjadi perbincangan publik. Terlebih lagi terkait permasalahan yang ada di ibu kota. Mulai dari kemacetan, polusi udara, hingga permasalahan sistem dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Permasalahan itu selalu menjadi polemik yang
tak kunjung tuntas hingga saat ini. Di beberapa kesempatan, Wan Abud dianggap
terkesan kurang tanggap hingga menyalahkan para pendahulunya. Hal inilah yang
selalu disorot masyarakat.
1. Salahkan sistem e-Budgeting DKI Jakarta
Hingga saat ini, temuan dana Dinas Pendidikan (Disdik) dalam APBD DKI Jakarta yang dianggap ganjil oleh Anggota DPRD William Aditya Sarana, masih jadi perhatian publik. William menemukan adanya kejanggalan dana Disdik untuk pembelian alat tulis kantor (ATK) sebesar Rp82 miliar.
Menanggapai hal tersebut, pihak Disdik justru mengatakan data tersebut salah input dan akan segera diperbaiki. Namun, lain halnya dengan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Soal kasus tersebut, Anies justru menyalahkan sistem e-Budgeting yang tidak smart. Hal ini dikarenakan sistem tersebut tidak melakukan pengecekan secara otomatis dan masih harus manual.
"Ada problem sistem yaitu sistem digital,
tetapi tidak smart. Kalau smart sistem, dia bisa melakukan pengecekan,
verifikasi. Dia bisa menguji. Ini sistem digital, tetapi masih mengandalkan
manual," terang Anies.
2. Udara buruk DKI Jakarta
Kualitas udara ibu kota masih menjadi salah satu permasalahan pemerintah DKI Jakarta. Seperti pada Juli 2019 lalu, berdasarkan informasi dari AirVisual, kualitas udara di Jakarta berstatus tidak sehat dengan angka 164 AQI (Air Quality Index). Hal ini menyebabkan Jakarta sempat menempati urutan pertama dan kedua kota paling polusi di dunia.
Berbagai pihak pun kemudian saling menyalahkan. Tak hanya itu, masyarakat menggugat beberapa tokoh, termasuk Anies Baswedan. Menanggapi hal tersebut, Anies menegaskan bahwa kualitas udara ibu kota merupakan kesalahan semua kalangan, tak terkecuali para penggugat.
"Karena kualitas udara ini bukan
disebabkan satu dua profesi saja, tapi oleh kita semua. Termasuk teman-teman
yang melakukan tuntutan hukum itu pun. Kita-kita semua senyatanya ikut
melakukan kontribusi pada penurunan kualitas udara. Kecuali udah pada naik
sepeda semua, kalau semua udah naik sepeda itu lain," ujar Anies.
3. Salahkan sopir terkait kasus remaja
terjepit di atap bus
Pada Juni 2019 lalu, sempat beredar video beberapa remaja yang terjepit di atap sebuah bus di Jakarta. Kejadian tersebut terjadi pada saat malam takbiran menjelang Hari Raya Idulfitri.
Bermula dari para remaja yang menaiki atap bus Transjabodetabek jurusan Tanah Abang-Bekasi, saat akan melintasi sebuah terowongan. Namun, sempitnya celah antara atap bus dengan terowongan membuat para remaja tersebut terjepit saat mencoba meniarapkan badan mereka.
Kejadian ini pun membuat Gubernur DKI Jakarta
ke-17 tersebut geram. Anies mengatakan, sopir bus yang ditumpangi para remaja
tersebut harus bertanggung jawab. Hal ini dikarenakan sangat membahayakan
penumpang apabila menaiki atap kendaraan.
4. Persoalan Kali Item
Kali Item atau Kali Sentiong juga masih menjadi permasalahan Pemprov DKI. Selain memiliki aroma yang tidak sedap, pada Januari 2019 lalu Kali Item juga sempat terkena limbah berupa buih berwarna putih. Menurut Anies, busa tersebut merupakan berasal dari limbah detergen rumah tangga. Ia mengatakan, buih tersebut bermunculan saat limbah detergen dibuang ke Kali Item oleh warga.
Selain itu, mantan menteri pendidikan dan
kebudayaan yang satu ini juga pernah berencana untuk membicarakan permasalahan
tersebut, bersama menteri perindustrian dan juga menteri perdagangan.
5. Kali Item jadi sorotan media asing
Tak hanya menjadi sorotan masyarakat daerah, permasalahan Kali Item juga sempat menjadi sorotan oleh media asing, pada 2018 lalu. Mengetahui hal tersebut, Anies justru terkesan menyalahkan media nasional. Ia mengatakan, media asing tak akan ikut menyoroti kali yang terletak di samping Wisma Atlet tersebut apabila tidak diberitakan oleh media nasional.
Selain itu, Anies juga menambahkan, media
nasional sebaiknya memberitakan hal baik saja agar media asing turut
menyorotinya juga.
6. Salahkan anak buah soal penutupan Hotel
Alexis
Pada 2018 lalu, warga Jakarta Utara juga dihebohkan dengan penutupan Hotel Alexis, terkait dengan kasus praktik prostitusi. Surat penutupannya pun sempat bocor dan beredar di media sosial. Padahal, seharusnya surat tersebut tidak diketahui oleh publik. Menanggapi kejadian tersebut, Anies mengatakan tak semestinya surat tersebut dibocorkan, melainkan harus dijaga kerahasiaannya.
Selain itu, Anies juga mengaku sangat menyesalkan pihak yang telah melakukan pembocoran penutupan hotel tersebut. Tak hanya itu, Anies juga sempat berencana untuk memberi teguran pada pihak yang terkait.
"Ini adalah contoh ketidakdisiplinan
organisasi. Jadi sesuatu yang harusnya disiapkan sampai tuntas ternyata difoto,
dibocorkan dan beredar," kata Anies.
7. Masalah sampah di ibu kota
Selain polusi udara, sampah juga masih menjadi permasalahan Pemprov DKI Jakarta. Permasalahan tersebut juga sempat viral di media sosial, akibat salah satu anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapem Perda) DPRD DKI, Bestari Barus, yang ingin memboyong Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke Jakarta untuk menangani masalah sampah.
Mengetahui hal tersebut, Anies menanggapinya dengan cukup santai. Ia mengatakan bahwa dirinya juga sedang mengupayakan perubahan sistem pengelolaan sampah di Jakarta. Selain itu, Anies juga beranggapan, bahwa Bestari tak hanya menyerang gubernur yang saat ini saja, tetapi gubernur sebelumnya justru turut disalahkan.
"Jadi yang dikatakan Pak Bestari mungkin maksudnya menyerang gubernur sekarang tapi malah justru menyerang gubernur-gubernur yang sebelumnya. Jadi hati-hati tuh Pak Bestari," ujar Anies.
0 Komentar