"MINYAK MAKAN MERAH" FORMULA JOKOWI TURUNKAN STUNTING, APA ITU?

  


MEDAN-
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengatakan bahwa untuk menurunkan  stunting maka kita harus bergerak bersama-sama.

Presiden Jokowi mengatakan itu saat meninjau  penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan, Sumater Utara, Kamis 7 Juli 2022.

Salah satu upaya yang kita lakukan adalah penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan, yang hari ini ditinjau oleh presiden.

"Minyak makan merah merupakan inovasi minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional dalam membantu pencegahan stunting atau kekerdilan dari masyarakat. Disinyalir, minyak ini memiliki keunggulan pada nilai gizi dan kandungan pro-vitamin A dan E yang lebih tinggi dari minyak goreng pada umumnya," tulis kantorstafpresidenri menambahkan.

Pada kesempatan peninjauan tersebut, Jokowi mengatakan bahwa dengan menurunkan stunting dari akarnya, maka kita sudah berkontribusi untuk mempersiapkan SDM Indonesia yang berkualitas di masa depan.

"Saya mengajak kepada seuruh kekuatan bangsa untuk bergerak bersama - sama, bekerja bersama-sama, bersinergi bersama-sama untuk menurunkan stunting dan seluruh akar masalahnya dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia, generasi penerus kita yang berkualitas. Betu-betul kita siapkan" Kata Joko Widodo, Presiden Reupblik Indonesia, di Medan, 7 Juli 2022.

Krisis pangan dan energi beneran mengancam dunia, #Tuandanpuan, tak terkecuali Indonesia. Oleh karena itu, Presiden @jokowi terus menerus menekankan pentingnya kemandirian, terutama soal pangan agar asupan gizi generasi mendatang tetap terjamin. Terlebih lagi, kita harus menurunkan angka stunting di Indonesia.

Salah satu upaya yang kita lakukan adalah penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan, yang hari ini ditinjau oleh presiden.

Minyak makan merah merupakan inovasi minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional dalam membantu pencegahan stunting atau kekerdilan dari masyarakat. Disinyalir, minyak ini memiliki keunggulan pada nilai gizi dan kandungan pro-vitamin A dan E yang lebih tinggi dari minyak goreng pada umumnya.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat penting (severety stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) dan tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS tahun 2006.

Berdsarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan angka yang cukup menggembirakan terkait masalah stunting.

Angka stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018. Meski tren stunting mengalami penurunan, hal ini masih berada di bawah rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu kurang dari 20 persen. Persentase stunting di Indonesia secara keseluruhan masih tergolong tinggi dan harus mendapat perhatian khusus.

Sebelum membicarakan lebih jauh tentang upaya pencegahan stunting yang dapat kita lakukan, sebaiknya kita juga mengetahui tentang penyebab stunting itu sendiri.

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa penyebab stunting sebagai berikut :

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan setelah melahirkan.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas.

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga pada makanan bergizi

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontribusi pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk mengurangi prevalensi stunting di Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar