PAKAR NILAI AKSI EMOSIONAL PRABOWO DI DEBAT CAPRES BIKIN CITRA “GEMOY” SEKETIKA LUNTUR!

  


Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai, citra gemoy yang dibangun calon presiden (capres) Prabowo Subianto luntur di debat perdana Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa (12/12) malam. Menurut Emrus, ada ketidaksinkronan antara pencitraan gemoy dengan perilaku Prabowo saat debat.

"Perangai Prabowo mengonfirmasi karakter emosional yang asli, sebelum muncul citra gemoy," kata Emrus, Kamis (14/12/2023).

Menurut dia, gemoy berarti menggemaskan. Julukan itu lekat pada Prabowo karena kerap spontan berjoget atau menari, ketika menghadapi keadaan "sulit". Salah satu aksi joget yang viral ialah saat Prabowo berhadapan dengan jurnalis Najwa Shihab dalam adu gagasan ala Mata Najwa di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pertengahan September lalu.

Citra Prabowo sebagai sosok yang menggemaskan tak muncul di Pilpres 2019. Ketika itu, Prabowo dikenal publik sebagai sosok yang tegas dan cenderung emosional. Dalam salah satu momen kampanye, Prabowo bahkan pernah terekam menggebrak podium saat sedang berorasi.

"Strategi ini gagal. Padahal, aslinya bukan begitu (gemoy). Harusnya, menurut saya, pencitraan itu harus sejalan dengan perilaku sehari-hari dia. Sehingga, (tidak) terlihat kontradiktif," katanya.

Dalam debat perdana Pilpres 2024 digelar di halaman Gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa (12/12/2023), Prabowo memang terekam berulang kali menanggapi argumentasi lawan politiknya secara emosional. Ketika dalam salah satu sesi debat Anies mengkritik partai politik yang kerap mendapat persepsi buruk dari masyarakat. Kinerja parpol yang melempem, kata Anies, turut menyebabkan demokrasi memburuk. Ia juga menyinggung lemahnya peran oposisi.

Saat menanggapi, Prabowo menyebut Anies berlebihan. Ia lantas menyinggung bagaimana Anies sukses menjadi Gubernur DKI Jakarta lantaran disokong Partai Gerindra lewat proses yang demokratis. Ada peran parpol di situ.

"Mas Anies, Mas Anies. Anda itu berlebihan. Jika oposisi ditekan oleh Jokowi, kalau Jokowi itu otoriter, Anda tidak mungkin jadi Gubernur DKI. Anda ingat, saya yang membawa Anda jadi Gubernur," kata Prabowo menegaskan.

Anies menyerang balik dengan menyebut Prabowo tak tahan berlama-lama jadi oposisi. Ia bahkan mengungkap salah satu pembicaraan-nya dengan Prabowo. Menurut Anies, Prabowo tak betah jadi oposisi lantaran bisnis-nya tak bisa berkembang.

"Dalam perdebatan itu kan terucap kata, 'Mas Anies, Mas Anies!'. Itu memiliki makna superior. Pada forum perdebatan formal apa pun, latar belakang itu harus egaliter dan tidak boleh (kandidat) itu memposisikan superior dibanding orang lain," tutur Emrus.

Pakar politik dari Universitas Andalas, Padang, Asrinaldi pun menilai, Prabowo Subianto berpotensi kehilangan pendukung dari kalangan menengah ke atas dan intelek lantaran capres nomor urut 2 itu terkesan menunjukkan sikap tempramen pada debat pertama di KPU, Selasa (12/12/2023) lalu.

"Tentu yang akan dirugikan kepada pak Prabowo itu adalah kelompok menengah kelompok terdidik yang melihat dia selama ini simpatik tapi karena menampilkan sikap seperti itu ya ada pertimbangan pertimbangan lain," kata Asrinaldi, Kamis.

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar