Menolak Lupa Tingkah Mengesalkan Seorang Prabowo Subianto, Capres Bar-Bar dan Suka Dengan Kekerasan.

  


Orang cepat lupa. Dalam soal ingatan, lima tahun itu jaraknya adalah lima juta tahun cahaya. Untuk itu, jangan berharap bahwa orang akan ingat. Tapi, kita jangan sampai lupa dengan rekam jejak buruk Prabowo ini.

Prabowo pernah merajut orang-orang yang selama ini loyal kepada dirinya (Fadli Zon termasuk yang paling awet loyalitasnya). Dia bertiwikrama menjadi politisi sipil. Dia ikut konvensi Golkar. Namun kalah. Kemudian dia mendirikan partai sendiri, Gerindra. Bahkan dia berhasil meyakinkan Megawati Sukarnoputri untuk menjadikannya sebagai calon wakil presiden. Dia kalah lagi. Namun partainya berkembang dan membesar. Tahun 2014, dia mencalonkan diri lagi menjadi presiden. Kali ini pun dia kalah.

Disinilah orang tidak ingat bagaimana proses Pilpres 2014 dan hasil-hasilnya. Demo-demo terhadap KPU juga dilancarkan menjelang rekapitulasi Pilpres 2014. Pihak Prabowo-Hatta ketika itu berusaha mendelegitimasi hasil Pilpres.

Bahkan, PKS yang mendukung Prabowo mengatakan bahwa mereka memiliki 10 truk bukti-bukti kecurangan pemilu. Hitungan internal PKS mengatakan bahwa Prabowo memenangkan Pilpres. Namun data itu ternyata tidak ada.

Sesudah rekapitulasi Pilpres, pihak Prabowo-Hatta menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Mereka mengklaim telah terjadi kecurangan di 52.000 TPS di seluruh Indonesia. Ada 21 juta suara di seluruh TPS tersebut. Tuduhan yang amat serius.

MK menolak semua gugatan kubu Prabowo-Hatta. Namun situasi diluar sidang jauh lebih mencekam. Pendukung Prabowo-Hatta berdemo diluaran. Tidak itu saja. Mereka membawa tiga buah truk Unimog — truk pengangkut pasukan. Dengan truk-truk besar itulah massa pro-Prabowo berusaha menembus pagar kawat yang dipasang polisi untuk mencegah massa masuk ke dalam kawasan MK.

Kemudian diketahui bahwa tiga buah Unimog 1300L tersebut adalah milik Djoko Santoso, mantan Panglima TNI (saya tidak tahu truk seperti itu bisa dimiliki oleh pribadi). Sekarang Djoko Santoso menjadi Ketua Badan Pemenangan Nasional, tim kampanye Prabowo-Sandi.

Sidang MK berlangsung hingga malam. Ketika malam itulah massa yang tidak jelas berusaha membakar satu mini market di utara Jakarta. Namun pembakaran meluas bisa dicegah, massa bisa dipecah dan diisolasi. Provokasi untuk memancing kerusuhan gagal.

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa perilaku sang jendral dan pendukungnya bukan sesuatu yang baru. Mereka sudah melakukannya pada 2014. Kini mereka melakukan lagi. Dan, yang agak mengherankan bahwa sangat sedikit orang melihat betapa samanya kelakuan mereka di tahun 2014 dan 2019.

Mengapakah Prabowo melakukan ini? Ada banyak jawaban, saya kira. Ego Prabowo sebagai pribadi mungkin adalah satu faktor. Sedangkan faktor yang lain adalah kewajiban Prabowo untuk membuktikan diri sebagai orang yang kuat dan teguh pendiriannya. Itulah citra yang ditanamkan oleh Prabowo tentang dirinya kepada pengikutnya. Kalau dia mengalah, maka pendukungnya akan berbalik menyerang dia karena menampakkan kelemahan.

Jadi dengan rekam jejak buruk ini apakah rakyat rela dipimpin oleh Prabowo yang bar-bar dan snagat suka menyelesaikan masalah dengan kekerasan ??

Posting Komentar

0 Komentar